membuat perumusan masalah |
Langkah selanjutnya dalam penulisan skripsi adalah membuat perumusan masalah. namun bagaimana cara membuat perumusan masalah dalam skripsi? Dalam pembahasan kali ini akan dijelaskan tahap demi tahap dalam membuat perumusan masalah.
baca juga : Langkah pembuatan latar belakang masalah
Dalam perumusan masalah ini memuat 3 bagian, yaitu :Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Rumusan Masalah.Tetapi bisa juga perumusan masalah hanya memuat dua bagian, yaitu identifikasi masalah dan rumusan masalah. Hal ini sangat tergantung pada permasalahan yang diteliti.
1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah suatu tahap permulaan dari penguasaan peneliti terhadap masalah dimana suatu objek dalam suatu jalinan tertentu dapat dikenali sebagai sesuatu atau beberapa masalah. Tahap identifikasi masalah ini dapat dilakukan oleh peneliti melalui pengamatan secara empiris terhadap masalah yang akan diteliti, menelaah berbagai sumber bacaan, terutama bacaan yang berisi laporan penelitian, hasil kegiatan seminar, diskusi, dan pertemuan ilmiah lainnya, pernyataan dari pemegang otoritas, pengalaman pribadi, bahkan bisa juga dari perasaan intuitif.Melalui sumber-sumber tersebut. peneliti mengajukan berbagai pertanyaan yang relevan, yang berkaitan dengan suatu gejala, objek, sasaran atau subject metter yang diminatinya.
Contoh : peneliti yang berminat dengan objek penelitian tentang "pendapat ulama didaerah pedesaan tentang ahli waris pengganti". Maka dapat melakukan identifikasi masalah dengan mengajukan beberapa pertanyaan seperti :
1. Bagaimana pendapat mereka tentang ahli waris pengganti?
2. Bagaimana karakteristik ijtihad mereka?
3. Apakah pendapat mereka sesuai dengan kaidah-kaidah ijtihad yang telah disepakati oleh sebagian besar ulama?
4. Mengapa mereka berpendapat demikian?
5. Apa yang menjadi latar belakang sehingga mereka berpendapat demikian?
6. Metode-metode ijtihad apa yang digunakan atau yang dominan sehingga mereka berpendapat demikian?
serta pertanyaan-pertanyaan lain yang sesuai
Dengan demikian, peneliti sesungguhnya dapat mengajukan berbagai pertanyaan dalam proses identifikasi masalah atas suatu gejala, objek atau sasaran penelitian. Dengan memahami masalah sebagai adanya keragaman gejala-gejala atau adanya kesenjangan antara das sollen (kondisi yang ada) dengan das sein (realitas yang sesungguhnya) terhadap suatu objek, gejala atau subject metter penelitian, maka peneliti akan banyak menemukan pertalian masalah dengan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang relevan. Tetapi bisa jadi (namun amat jarang) proses identifikasi masalah hanya menemukan satu jenis masalah pada suatu gejala atau objek tertentu,
2. Pembatasan Masalah
Setelah peneliti melakukan identifikasi masalah, langkah selanjutnya adalah melakukan pembatasan masalah. Pembatasan masalah ini amat diperlukan mengingat :- Tidak semua masalah layak diteliti
- Jika masalah yang teridentifikasi sangat banyak, maka peneliti perlu membatasinya, dengan mempertimbangkan aspek masalahnya itu sendiri maupun ari aspek calon penelitinya
Pertimbangan dari aspek masalahnya dilakukan seobjektif mungkin, sehingga penelitian terhadap masalah tersebut dapat mengembangkan teori dalam bidang yang bersangkutan dengan dasar teoritis penelitiannya, serta sumbangannya dalam memecahkan problem-problem praktis. itulah sebabnya peneliti harus mempertimbangkan suatu masalah sesuai dengan konteksnya, karena suatu masalah layak diteliti dalam konteks tertentu, tetapi bisa jadi tidak layk dalam konteks yang lain.
Sedangkan pertimbangan dari aspek calon peneliti dilakukan untuk mengetahui sesuai atau tidaknya calon peneliti untuk membahas atau meneliti masalah tersebut. setidaknya ada beberapa pertimbangan yang dilakukan berkenaan dengan aspek calon peneliti, yaitu :
- Bekal kemampuan teoritis calon peneliti
- Penguasaan peneliti atas metode yang diperlukan
- Alat-alat dan prlengkapan yang tersedia
- Waktu yang digunakan
- Biaya yang tersedia
Contoh pembatasan masalah sesuai dengan identifikasi masalah diatas, mengenai pendapat ulama didaerah pedesaan tentang ahli waris pengganti. Maka dengan berbagai pertimbangan, peneliti dapat membatasi masalah yang ditelitinya hanya pada masalah :
1. Bagaimana pendapat mereka tentang ahli waris pengganti?
2. Metode-metode ijtihad apa yang digunakan atau yang dominan sehingga mereka berpendapat demikian?
Bila ternyata proses identifikasi masalah hanya menemukan satu jenis masalah pada suatu gejala atau objek tertentu, maka tidak diperlukan lagi pembatasan masalah, sehingga dapat dilanjutkan dengan merumuskan masalahnya.
3. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan apa saja yang ingin diketahui jawabannya. Rumusan masalah dijabarkan dari identifikasi masalah yang akan menjadi penuntun bagi langkah-langkah selanjutnya. Rumusan masalah yang baik setidaknya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
- Rumusan masalah jelas dan spesifik
- Dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya
- Rumusan tersebut memberi petunjuk tentang landasan dan kerangka teoritis yang diperlukan, metode penelitian yang akan digunakan, serta rencana pengumpulan data yang diperlukan
Meskipun dalam proses identifikasi dan pembatasan masalah sudah tergambar mengenai rumusan masalah, namun perlu lebih ditegaskan dan dikhususkan (spesifik) masalah yang akan ditelitinya melalui rumusan masalah
Contoh pembutan rumusan masalah :
1. Bagaimana pendapat ulama desa Cibenda Kecamatan Parigi tentang ahli waris pengganti?
2. Metode ijtihad apa yang digunakan atau yang dominan sehingga mereka berpendapat demikian?
penyebutan desa dan kecamatan pada rumusan masalah tersebut dimaksudkan agar masalah penelitian menjadi jelas dan spesifik.
Namun jika dalam pembatasan masalah peneliti sudah dapat memperkirakan tentang landasan dan kerangka teoritis yang diperlukan, metode penelitian yang akan digunakan, serta rencana pengumpulan data yang diperlukan, maka rumusan masalah hanya diperlukan untuk memperjelas dan mempertegasnya kembali.
baca juga : Cara membuat tujuan penelitian
0 Response to "Cara Membuat Perumusan Masalah"
Post a Comment